Operasi SAR Longsor Samarinda Resmi Ditutup, Seluruh Korban Berhasil Dievakuasi
Penainformasi.com, SAMARINDA — Operasi pencarian dan pertolongan korban tanah longsor yang terjadi di Jalan Gerilya, Gang Keluarga, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, resmi dinyatakan selesai pada Selasa sore (28/5). Penutupan dilakukan setelah seluruh korban yang tertimbun berhasil ditemukan oleh Tim SAR Gabungan, dengan rincian lima orang selamat dan satu orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Insiden tragis ini terjadi akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Samarinda sejak Senin siang, memicu pergerakan tanah yang menyebabkan beberapa rumah warga di kawasan tersebut tertimbun longsor.
Berdasarkan data dari Basarnas dan tim lapangan, berikut identitas para korban:
Selamat:
-
M. Aidil (50+, laki-laki)
-
Nur Aisah (40+, perempuan)
-
Sarmila (19, perempuan)
-
Selvi (19, perempuan)
-
Ayu (22, perempuan)
Meninggal Dunia:
-
Sutiah (40, perempuan)
Korban terakhir, Sutiah, ditemukan pada pukul 16.27 WITA dalam kondisi meninggal dunia, tertimbun puing-puing bangunan rumahnya. Proses evakuasi dilakukan dengan sangat hati-hati karena tanah di sekitar lokasi masih labil dan berpotensi longsor susulan.
Proses pencarian dimulai kembali pada hari kedua, Selasa pagi, pukul 07.00 WITA. Sebelum turun ke lapangan, Tim SAR Gabungan menggelar briefing untuk menyusun strategi lanjutan. Dua unit ekskavator dari Dinas PUPR Kota Samarinda diterjunkan untuk membantu proses evakuasi, disertai upaya manual oleh personel SAR di area yang tidak memungkinkan dijangkau alat berat.
“Alhamdulillah, seluruh korban berhasil ditemukan. Kami melakukan evaluasi bersama seluruh unsur SAR dan sepakat mengusulkan penutupan operasi. Seluruh personel kembali ke kesatuannya masing-masing dengan status tetap siaga,” kata Komandan Tim SAR, Iwan Setiawan, dalam keterangannya kepada media.
Sepanjang operasi hari kedua, cuaca di lokasi pencarian terpantau berawan, mendukung kelancaran kerja tim. Namun, tanah yang masih gembur dan labil menjadi kendala utama. Tim harus sangat berhati-hati agar tidak memicu longsor susulan saat melakukan penggalian puing-puing bangunan.
Selain itu, akses ke lokasi yang sempit dan berbatasan langsung dengan pemukiman padat penduduk juga memerlukan koordinasi ketat antarinstansi, terutama dalam pengaturan alat berat dan pengamanan area evakuasi.
Iwan Setiawan menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh personel SAR, relawan, aparat keamanan, warga setempat, serta pihak pemerintah kota yang telah bahu membahu menyelesaikan operasi kemanusiaan ini.
“Terima kasih kepada semua unsur yang telah bekerja keras tanpa mengenal lelah. Kami mengapresiasi kolaborasi luar biasa dari semua pihak yang terlibat. Bencana bisa datang kapan saja, karena itu kesiapsiagaan dan pemahaman masyarakat tentang potensi bahaya di lingkungan tempat tinggal sangat penting,” ujar Iwan.
Ia menambahkan, ke depan, koordinasi antarinstansi perlu lebih diperkuat, terutama dalam menghadapi musim penghujan yang masih berlangsung dan potensi bencana alam lain seperti banjir dan longsor.
Setelah operasi SAR resmi ditutup, tanggung jawab pengelolaan pascakejadian kini berada di tangan pemerintah daerah dan instansi terkait. Pembersihan lokasi, pendataan kerusakan, serta pendampingan kepada keluarga korban menjadi langkah prioritas.
Basarnas dan BPBD juga mengimbau warga yang tinggal di kawasan lereng, tebing, atau daerah dengan struktur tanah tidak stabil, untuk meningkatkan kewaspadaan terutama saat hujan deras turun dalam waktu lama. (*)
Share this content:
Post Comment