Kohiman Jadi Ikon Ekonomi Baru Muara Kaman, Libatkan Warga hingga Pelajar

Penainformasi.com, KUTAI KARTANEGARA – Dari dataran subur Muara Kaman, satu produk lokal kini mencuri perhatian dan menjadi kebanggaan masyarakat: Kopi Hitam Muara Kaman, yang akrab disebut Kohiman. Produk kopi yang awalnya dirintis secara sederhana ini, kini menjelma menjadi motor penggerak ekonomi kreatif berbasis masyarakat.
Tidak seperti produk industri besar yang bersandar pada mesin dan modal besar, Kohiman justru tumbuh dari semangat gotong royong. Masyarakat terlibat penuh dalam seluruh proses: dari memanen biji kopi, menjemurnya, menyangrai, hingga mengemas dan memasarkannya. Semua dilakukan dengan semangat kebersamaan.
“Ini bukan cuma soal kopi. Kohiman adalah simbol bahwa masyarakat bisa maju kalau diberi ruang dan dikelola dengan semangat kolaboratif,” ujar Camat Muara Kaman, Berliang, saat dikonfirmasi pada Minggu (4/5/2025).
Menariknya, Kohiman juga membuka ruang edukasi. Di wilayah SP1, para siswa dari SMA dan SMK setempat ikut terlibat dalam praktik langsung mengolah kopi. Mereka tidak hanya belajar soal teknik produksi, tetapi juga memahami rantai bisnis dan strategi pengembangan usaha.
Menurut Berliang, ini adalah investasi jangka panjang yang akan memperkuat fondasi ekonomi lokal. “Anak-anak ini bukan hanya penonton. Mereka kita libatkan agar punya pengalaman wirausaha sejak muda,” katanya.
Kehadiran Kohiman mendapat dukungan nyata dari Pemerintah Kabupaten Kukar. Bupati Edi Damansyah telah memberikan bantuan berupa alat produksi yang mendukung proses hilirisasi produk. Langkah ini diyakini bisa mendorong Kohiman menembus pasar yang lebih luas dengan kualitas yang tetap terjaga.
Selain kopi, Muara Kaman juga menyimpan potensi lokal lainnya. Di Sabintulung, usaha pembuatan roti balok dan serawong mulai menunjukkan geliat. Di sisi lain, kerajinan anyaman berbahan purun dan rotan juga tak kalah menjanjikan, menjadi bagian dari upaya diversifikasi ekonomi desa.
Berliang menilai bahwa semangat warga Muara Kaman patut diapresiasi. Menurutnya, dari potensi yang sederhana jika dikelola bersama dan mendapat dukungan pemerintah, bisa lahir kekuatan ekonomi yang berdampak nyata.
“Kohiman bisa jadi inspirasi. Kita butuh lebih banyak lagi produk desa yang lahir dari kerja bersama warga, bukan dari luar. Ini cara membangun ekonomi dari akar rumput,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa Kohiman bukanlah akhir, tapi titik awal. Diharapkan model seperti ini bisa diterapkan di desa-desa lain di Kukar, dengan menyesuaikan potensi khas wilayah masing-masing.
Dengan semangat pemberdayaan dan partisipasi komunitas, Muara Kaman mulai menapaki jalannya sebagai pusat ekonomi desa yang tumbuh dari bawah. Kohiman adalah salah satu bukti nyatanya. (ADV Diskominfo Kukar)
Share this content:
Post Comment