Inflasi Membebani Vietnam, Ini Dua Penyebab Utamanya

Tingkat inflasi tahunan di Vietnam hampir mencapai batas atas yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kondisi ini terjadi di tengah laporan pertumbuhan ekspor dan sektor industri yang tetap kuat.

Menurut data dari Kantor Statistik Umum (GSO) yang dirilis pada Rabu (29/5/2024), inflasi di bulan Mei 2024 tercatat sebesar 4,44%, mendekati batas maksimal yang ditetapkan pemerintah sebesar 4,5%.

Harga konsumen juga telah meningkat 4,4% pada bulan April dibandingkan tahun sebelumnya. Ini naik 3,25 persen pada tahun 2023.

Data lain yang dirilis GSO juga menunjukkan ekspor diperkirakan meningkat 15,8% pada bulan Mei dari tahun sebelumnya menjadi US$ 32,81 miliar (Rp 531 triliun). Kenaikan ini dipimpin oleh pengiriman barang elektronik dan ponsel pintar.

Secara rinci, pengiriman ponsel pintar pada bulan Mei diperkirakan meningkat 50,6% dari tahun sebelumnya menjadi US $4,4 miliar (Rp 71 triliun). Sementara ekspor elektronik naik 31,5% menjadi US$ 5,9 miliar (Rp 95 triliun).

“Impor pada bulan tersebut diperkirakan meningkat sebesar 29,9% per tahun menjadi US$ 33,81 miliar (Rp 547 triliun) yang mengakibatkan defisit perdagangan sebesar US$ 1 miliar (Rp 16 triliun) pada bulan Mei,” tambah lembaga itu dikutip Reuters.

“Output industri pada bulan tersebut naik 8,9% secara tahunan dan penjualan ritel naik 9,5%,” tambahnya.

Vietnam menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,0-6,5% pada tahun ini. Hal ini lebih cepat dibandingkan ekspansi sebesar 5,05% pada tahun lalu.

Bank sentral, Bank Negara Vietnam, menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 15% untuk membantu mencapai tujuan pertumbuhan tersebut. Total pinjaman bank pada 10 Mei telah meningkat 1,95% dibandingkan akhir tahun lalu.

Oxford Economics memperkirakan Bank Negara Vietnam akan mempertahankan tingkat diskontonya sebesar 3%. Akan tetapi resiko terus timbul, di saat mata uang dong terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

“Risiko utama terhadap suku bunga kebijakan terletak pada dong Vietnam, yang telah terdepresiasi terhadap dolar AS sebesar diperkirakan 4,4% tahun ini,” ujarnya.

 

 

(Sumber : CNBC Indonesia)

Share this content:

Post Comment