Gencarkan Edukasi Gizi, Kelurahan Melayu Libatkan Kader PKK dan Posyandu

BANNER-KOMINFO-KUKAR-FIX-scaled Gencarkan Edukasi Gizi, Kelurahan Melayu Libatkan Kader PKK dan Posyandu

Penainformasi.com, KUTAI KARTANEGARA — Pemerintah Kelurahan Melayu, Kecamatan Tenggarong, mengambil langkah strategis dalam menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas gizi anak usia dini. Program mandiri yang dijalankan bersama Tim Penggerak PKK dan Posyandu ini difokuskan untuk memberikan dukungan langsung kepada ibu hamil dan balita melalui penyediaan makanan sehat.

Tanpa dukungan anggaran formal, program tetap berjalan berkat kolaborasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) serta inisiatif lokal dari para ibu kader. Mereka memanfaatkan dapur PKK untuk memasak makanan bergizi yang kemudian didistribusikan melalui Posyandu.

“Walaupun tidak ada anggaran tersendiri, tapi program tetap jalan karena kami bekerjasama dengan DPMPD dan PKK,” ungkap Lurah Melayu, Aditya Rakhman, Rabu (14/5/2025).

Aditya menjelaskan bahwa fokus program ini berbeda dari pendekatan pemerintah kabupaten melalui MBG yang menyasar pelajar sekolah dasar dan menengah. Kelurahan Melayu justru menitikberatkan perhatian pada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita—kelompok paling rentan terhadap risiko gizi buruk.

“Peran ibu sejak hamil itu sangat penting untuk masa depan anak. Kalau gizinya cukup sejak awal, pertumbuhan anak jadi lebih baik,” tegasnya.

Pelaksanaan program ini menggunakan data Posyandu sebagai basis intervensi. Dengan memanfaatkan informasi yang telah dikumpulkan selama kegiatan rutin, tim kelurahan dapat dengan mudah mengidentifikasi balita dan ibu yang membutuhkan perhatian khusus.

Aditya menilai bahwa kekuatan program ini terletak pada keterlibatan langsung masyarakat. Para kader PKK dan Posyandu bukan hanya berperan sebagai pelaksana teknis, tetapi juga sebagai pendidik dan penggerak sosial yang mengedukasi keluarga mengenai pentingnya pola makan sehat.

“Program ini tumbuh dari bawah, jadi rasa kepemilikannya kuat. Ibu-ibu kader tahu persis siapa yang harus dibantu,” ujarnya.

Dapur PKK tidak hanya menjadi tempat memasak, melainkan pusat koordinasi dan solidaritas warga dalam menanggulangi persoalan gizi. Partisipasi aktif warga inilah yang membuat program tetap berjalan meski di tengah keterbatasan anggaran.

Lurah Melayu juga berharap model ini bisa direplikasi di wilayah lain yang menghadapi tantangan serupa. Ia menekankan bahwa keterlibatan masyarakat dan pendekatan personal jauh lebih efektif dalam menjangkau kelompok sasaran.

“Kami siap mendukung jika ada instruksi lebih lanjut dari dinas. Yang penting, anak-anak kita tumbuh sehat sejak dalam kandungan,” katanya.

Program ini menjadi cermin bahwa komitmen terhadap kesehatan ibu dan anak tidak harus menunggu anggaran besar, tapi bisa dimulai dari inisiatif lokal dan semangat gotong royong. (Adv/Diskominfo Kukar)

Share this content:

Post Comment