Forum Budaya Kaltim Dorong Sinergi Penguatan OPK Kutai Kartanegara sebagai Serambi Ibu Kota

penainformasi.com, Tenggarong – Upaya memperkuat peran Kutai Kartanegara (Kukar) sebagai “Serambi Ibu Kota” terus digalakkan melalui berbagai kegiatan kebudayaan. Salah satunya melalui Forum Diskusi Budaya Kalimantan Timur yang mengusung tema “Membangun Sinergi Penguatan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) Lokal Kutai Kartanegara sebagai Serambi Ibu Kota”. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Komplek Kedaton Kukar, pada Senin (27/10/2025), dan dihadiri oleh beragam unsur penting, mulai dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar, Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIV Kalimantan Timur (Kaltim), hingga komunitas budaya lokal.

Forum ini menjadi ruang dialog strategis antara pemerintah daerah, lembaga kebudayaan, serta para pelaku seni dan budaya yang selama ini berperan aktif dalam menjaga warisan budaya lokal. Ketua BPK Wilayah XIV Kaltim, Titit Lestari, dalam paparannya menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah. Menurutnya, pelestarian budaya tidak hanya bergantung pada pemerintah semata, tetapi juga perlu dukungan penuh dari masyarakat dan komunitas budaya.

“Sebetulnya kondisi yang paling urgen saat ini justru keterlibatan anak muda. Pelestarian kebudayaan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga komunitas, masyarakat, dan stakeholder lainnya,” ujar Titit Lestari dalam sambutannya.

Ia menambahkan, generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak pelestarian budaya melalui ekspresi dan kreativitas mereka. BPK Wilayah XIV, kata Titit, memiliki tanggung jawab moral untuk mengajak anak muda agar lebih mengenal dan mencintai budayanya sendiri.

“Anak muda harus kita ajak untuk mencintai budaya sendiri agar pemajuan kebudayaan bisa terlaksana. Karena kalau tidak dikenalkan, mereka akan kehilangan jati dirinya,” tegasnya.

BPK juga telah melaksanakan berbagai program inovatif untuk menumbuhkan minat generasi muda terhadap budaya lokal, seperti pemutaran film bertema budaya, diskusi publik, jelajah budaya, serta rencana kegiatan rally budaya di wilayah Kutai Kartanegara.

“Ada pepatah, tak kenal maka tak sayang. Jadi kami berusaha mengenalkan budaya kepada generasi muda agar mereka bisa mengekspresikannya dengan cara kekinian,” jelas Titit.

Lebih lanjut, Titit mengapresiasi Kutai Kartanegara sebagai daerah yang dinilai paling konsisten dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya di Kalimantan Timur. Hingga tahun 2025, Kukar telah mencatat 26 Warisan Budaya Takbenda (WBTb) yang diakui secara resmi, dan jumlah tersebut mewakili lebih dari 30 persen total WBTb yang ada di provinsi tersebut.

“Alhamdulillah Kukar sangat aware terhadap pelestarian budaya. Sampai tahun 2025, ada 26 Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dari Kukar, lebih dari 30 persen berasal dari Kukar dari jumlah yang ada di Provinsi,” ungkapnya.

Sementara itu, Puji Utomo, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kukar, menjelaskan bahwa forum ini bukan sekadar agenda seremonial, melainkan sarana efektif untuk menyatukan gagasan dan memperkuat kolaborasi antar pelaku budaya. Menurutnya, kegiatan di Tenggarong tersebut akan berlanjut ke kota lain seperti Balikpapan untuk memperluas jaringan diskusi dan kolaborasi budaya se-Kaltim.

“Alhamdulillah, kami menjadi fasilitator untuk mempertemukan para pelaku budaya dalam satu ruang diskusi. Hari ini dilaksanakan di Kukar, besok akan berlanjut di Balikpapan,” ujar Puji.

Puji juga menyoroti salah satu masalah utama dalam pengembangan kebudayaan, yakni lemahnya pendataan dan dokumentasi pelaku budaya di daerah. Banyak seniman dan budayawan yang belum memiliki portofolio atau data yang terstruktur, sehingga kesulitan mengakses berbagai program fasilitasi dari pemerintah pusat.

“Masih banyak pelaku budaya kita yang belum memiliki portofolio yang rapi. Ini menjadi kendala dalam mengakses program fasilitasi dari pusat. Ke depan, kita akan membantu mereka untuk melengkapi data dan memperkuat kapasitasnya,” jelasnya.

Dalam forum tersebut juga dihasilkan sejumlah rekomendasi penting. Salah satunya adalah penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Kebudayaan Kutai Kartanegara, yang diharapkan menjadi pedoman strategis dalam pengembangan kebudayaan daerah, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu, dibentuk pula Kelompok Kerja (Pokja) dari peserta forum yang bertugas mengawal implementasi rekomendasi serta mendorong pembentukan tim penyusun roadmap oleh pemerintah daerah.

“Harapannya, rekomendasi ini menjadi dasar bagi pemerintah daerah dan DPRD untuk memperkuat kebijakan, anggaran, serta arah pembangunan kebudayaan di Kutai Kartanegara,” pungkas Puji Utomo.

Melalui forum seperti ini, semangat kolaborasi antara pemerintah, lembaga, dan komunitas budaya diharapkan semakin kuat. Sinergi tersebut menjadi langkah nyata dalam memperkokoh posisi Kutai Kartanegara sebagai pusat kebudayaan Kalimantan Timur sekaligus “Serambi Ibu Kota” yang berkarakter, berbudaya, dan berdaya saing di tengah perkembangan zaman. (vn)

Share this content:

Post Comment