Dinkes Kukar Tingkatkan Pemeriksaan HIV dan Sifilis di Faskes

penainformasi.com, Tenggarong – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terus meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular, khususnya HIV dan sifilis, melalui pemeriksaan kesehatan secara rutin, pengobatan berkelanjutan, serta edukasi kepada masyarakat. Berdasarkan data terbaru, jumlah kasus HIV di wilayah Kukar tercatat telah mencapai 510 orang dan seluruhnya saat ini menjalani pengobatan antiretroviral (ARV) di fasilitas kesehatan yang telah ditetapkan.

Informasi tersebut disampaikan oleh Ns. Masliana, S.Tr.Kep, dari Tim Kerja Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Kukar, usai melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kukar. Dalam keterangannya, Masliana menjelaskan bahwa Dinkes Kukar secara konsisten melakukan skrining HIV dan sifilis sebagai bagian dari upaya deteksi dini dan pencegahan penularan di masyarakat.

Ia menyebutkan bahwa layanan pemeriksaan HIV dan sifilis telah tersedia secara rutin di tiga rumah sakit dan dua klinik, serta diperluas ke sembilan puskesmas layanan ARV yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kukar. Langkah ini dilakukan agar akses pemeriksaan dan pengobatan dapat dijangkau lebih luas oleh masyarakat.

“Pemeriksaan HIV dilakukan secara bertahap. Jika hasil pemeriksaan awal atau R1 menunjukkan hasil positif, maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan R2 dan R3. Seseorang baru dinyatakan positif HIV apabila hasil pemeriksaan R3 juga menunjukkan reaktif,” terang Masliana pada Sabtu (8/11/2025).

Masliana menambahkan bahwa setiap pasien yang telah terkonfirmasi positif HIV akan segera mendapatkan pengobatan menggunakan terapi ARV di fasilitas kesehatan yang telah ditunjuk. Pengobatan ini bertujuan untuk menekan jumlah virus di dalam tubuh agar tidak berkembang dan tidak menular kepada orang lain.

“Pengobatan ARV ini dilakukan seumur hidup. Apabila pasien rutin mengonsumsi obat selama enam bulan, maka kadar virus di dalam tubuh akan sangat rendah bahkan bisa tidak terdeteksi. Kondisi ini disebut nonreaktif, yang berarti virus tidak menular, meskipun pasien belum dinyatakan sembuh total,” jelasnya.

Lebih lanjut, Masliana mengungkapkan bahwa tren terbaru menunjukkan adanya peningkatan kasus HIV pada kelompok ibu rumah tangga. Fenomena ini menjadi perhatian serius karena sebagian besar ibu rumah tangga tidak memiliki perilaku berisiko, namun tetap dapat tertular dari pasangan tanpa disadari.

“Banyak ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV, padahal mereka tidak memiliki perilaku berisiko. Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi, komunikasi, dan pemeriksaan rutin bagi pasangan suami istri,” ungkapnya.

Selain fokus pada pengobatan, Dinkes Kukar juga melakukan tindak lanjut atau pelacakan (tracking) terhadap setiap kasus HIV yang ditemukan. Tim kesehatan dari puskesmas akan menelusuri kontak erat pasien untuk mencegah potensi penularan lebih lanjut di lingkungan sekitar.

Setiap puskesmas layanan ARV di Kukar telah memiliki Tim Pemberian Dukungan Pengobatan (PDP) yang terdiri dari lima orang, yakni dokter, konselor, analis laboratorium, petugas farmasi, dan petugas rekam medis. Tim ini tidak hanya bertanggung jawab dalam aspek medis, tetapi juga memberikan pendampingan psikologis dan sosial kepada pasien.

“Tim PDP berperan penting dalam memastikan pasien patuh menjalani pengobatan serta memberikan dukungan mental. Identitas pasien dijaga kerahasiaannya secara ketat agar mereka merasa aman dan nyaman dalam menjalani perawatan,” tambah Masliana.

Ia juga menjelaskan bahwa HIV umumnya menular melalui hubungan seksual yang tidak aman, serta dapat berawal dari infeksi menular seksual (IMS) seperti gonore dan sifilis. Virus HIV memiliki masa inkubasi yang cukup panjang, yakni antara tiga hingga enam tahun, sehingga sering kali tidak terdeteksi pada tahap awal tanpa pemeriksaan laboratorium.

Melalui pemeriksaan rutin di rumah sakit, klinik, dan puskesmas, Dinkes Kukar berharap kesadaran masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini semakin meningkat. Edukasi terus digencarkan agar masyarakat tidak takut dan tidak ragu untuk melakukan tes HIV maupun sifilis, karena semakin cepat diketahui, maka semakin besar peluang untuk menekan laju penularan HIV di Kabupaten Kutai Kartanegara. (vn)

Share this content:

Post Comment